Sonreír
Cerita ini merupakan cerita kehidupan sederhana seorang kakak-adik pindahan Indonesia bernama Phillip(Kakak) dan Timothy(Adik). Mereka sedang berjalan-jalan di kota. Timothypun merasa haus dan membeli minuman di alat penjual otomatis. Merekapun duduk di kursi umum. Phillip menyapa orang yang duduk di kursi itu. "Pagi bu". Orang itu hanya menyapanya dengan datar. "Kak. Kenapa kakak suka menyapa orang asing? Memangnya mereka siapa?". Timothy berbisik pelan di ujung telinga Phillip. Philip hanya tersenyum diikuti dengan wajah adiknya yang merasa jengkel.
Setelah sedikit istirahat, merekapun melanjutkan perjalanan mereka. "Kamu tahu Tim?". Phillip berbicara tiba-tiba dengan tangguh. Suara Timothy tidak terdengar. Rasa tangguh Phillip dengan kepalanya yang selama ini hanya menghadap ke depanpun cair dan melihat ke kiri. Ternyata Timothy sudah tertinggal, kejauhan 9 meter ke belakang, sedang bermain dengan anjing. Phillip kembali ke Timothy dengan senyum yang bercampuran dengan rasa malu dan rasa lucu. Diapun memanggil adiknya. "Ehm..". Phillip batuk, membangun suasana. "Kamu tahu Tim? Keramahan bisa mengubah dunia?". "Keramahan?" Timothy menjawab. Mendengar itu Phillip langsung melanjutkan gayanya, menghadap ke depan, memasukkan tangannya di dalam saku jaketnya dan membuat matanya seperti elang yang tangguh. "Iya. Keramahan. Ayahmu selalu mengajariku sewaktu dia masih hidup." Phillip berkata. "Iya mungkin begitu. Tidak secara berlebihan begitu" Timothy menjawab datar. Semangat Phillippun patah, namun dia tetap melanjutkan ceritanya. "Di jaman sekarang, sudah jarang kita melihat orang yang ramah." Kata Phillip. "Aku tidak mengerti. Cuma sapa, dan senyum. Bagaimana bisa itu mengubah dunia." Timothy menjawab. "Sudahlah. Mari aku tunjukkan."
Mereka berdua pergi ke halte bis. Bis pertama mereka datang. Phillip melihat bis itu, dan mengatakan untuk naik bis berikut. "Kenapa kak?" Timothy bertanya. Phillip hanya menggelengkan kepala. Bis keduapun datang. Bis itu cukup penuh. Phillip memanggil adiknya untuk naik. Di dalam bis, mereka menemukan tempat duduk. Timothy menepuk pundak Phillip dan berbisik. "Kenapa kakak memilih bis yang penuh!? Bis yang tadi lebih kosong!". Phillip hanya tersenyum dan diam. Di halte berikut terdapat seorang nenek bernama Corin. Corin naik namun tidak mendapatkan tempat duduk. Phillip melihat Corin dan mengambil kesempatannya. "Bu. Mari bu. Silahkan duduk disini." Phillip berdiri dan memberi tempatnya kepada Corin. "Makasih dek." Corin menjawab dengan senyum. Beberapa halte terlewat dan halte tujuan Corinpun sampai. Disitu terdapat anaknya yang telah menunggu di situ dengan wajah gelisah. "Mama tidak apa-apa? Saya ditelfon Kakak, mama mau kembali kesini sendiri karena ketinggalan alat penonggah. Mama tidak berdiri lama-lama kan?" Anaknya bertanya dengan serius. "Apa? Suara kamu tidak terlalu jelas. Aku tidak bisa mendengarkannya." Corin menjawab. "Mama tidak berdiri lama-lama kan??" Anaknya bertanya dengan keras. "Tidak nak! Kalau mau bertanya, jangan keras-keras! Sudah! Suruh kakakmu jemput mama disini. Pasti mobilnya sudah selesai dicuci." Anaknya mengambil ponselnya dengan wajah kesal.
Phillip dan Timothypun tiba di halte pusat. Di situ terdapat seorang bapak bernama Philemon dengan kertas gambar dengan wajah murung. Phillip dan Timothy sedang membeli bunga di toko bunga untuk diberikan kepada nenek mereka. Phillip melihat Philemon dan berbisik kepada Timothy. "Tim, bagaimana kalau kita kasih satu batang kepada bapak itu?" Timothy mau membalas namun Phillip mendorong dia, memaksa untuk pergi. Timothypun pergi dengan terpaksa. "Selamat... siang pa...pak. I..Ini Saya punya bunga, Saya mau berikan bunga ini kepada bapak." Timothy sangat gugup dan kaku. "Makasih yah dek." Philemon hanya melihat sekilas wajah Timothy dan balik ke kertasnya. Dengan rasa menyesal Timothy kembali kepada kakaknya. Philemon melihat bunga dari Timothy. Perlahan, Philemon mulai menggerakkan tangan. 1 jam berlalu, tanpa disadari Philemon sudah selesai menggambar suatu gambar yang ia inginkan selama ini. Dia telah tertolong oleh sebatang bunga. "Luar biasa! Akhirnya saya dapat menyelesaikan Tugas saya. Hahaha." Philemon kembali ke rumahnya dengan senyum dan kumisnya yang terangkat.
Mereka berdua meninggalkan tempat itu. “Tapi sayang di Indonesia sudah jarang terdapat orang yang saling menyapa.” Timothy berbicara. “Dulunya Indonesia terkenal dengan negara yang ramah, namun sekarang budaya itu sudah mulai raib.” Timothy melanjutkan ceritanya. “Makanya dengan kita berbuat ramah terhadap orang lain, kita mencoba untuk mempertahankannya.” Phillip menjawab dengan senyum
1 bulan berakhir, Phillip dan Timothypun berjalan-jalan dikota kembali. Di taman, mereka kembali duduk di kursi yang sama. Disitu terdapat seorang perempuan dan Timothy menyapanya. Perempuan itu menyapanya kembali. “Hei! Bukankah kalian itu dua kakak-adik dari bulan lalu?” Ternyata perempuan itu adalah Ephesia. “Mungkin kalian sudah tidak terlalu mengingat saya.” Ephesia melanjutkan, namun Timothy dan Phillip melihatnya kebingungan. “Saya hanya mau bilang terima kasih telah membantu saya dalam masalah saya. Memang, sekarang saya masih belum sembuh, namun saya sudah bisa melihat dunia ini dengan cerah.” Ephesia tersenyum dan meninggalkan mereka. Phillip dan Timothy saling berhadapan. Phillippun berkata “Hei Tim. Sepertinya perkataanku jadi nyata.” Timothypun tersenyum.
Struktur:
1. Orientasi: Paragraf 1 (Pengenalan dua kakak-adik dan alur pertama dari cerita)
2. Komplikasi: Paragraf 2-5 (Penjelasan Phillip mengenai Keramahan)
3. Evaluasi: Paragraf 6 (Phillip dan Timothy selesai berbicara dengan Ephesia)
4. Resolusi: Paragraf 7 (Pengakhiran dengan ucapan terima kasih dari Ephesia)
Comments
Post a Comment